KOMPAS.com – Gelombang pertama pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 telah terjadi di seluruh negara di dunia.
Virus SARS-CoV-2 membuat banyak negara kesulitan untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian yang tepat.
Sejumlah negara bahkan memilih melakukan penguncian wilayah untuk menekan penyebaran virus, dan memberi waktu bagi sistem kesehatan untuk bersiap bila terjadi lonjakan pasien.
Melansir The Guardian, Minggu (20/9/2020) sejumlah negara dilaporkan telah berhasil melewati gelombang pertama pandemi Covid-19, mereka kini telah memasuki fase gelombang kedua.
China dan Selandia Baru sama-sama melaporkan terjadinya wabah skala kecil, setelah kedua negara itu melaporkan bahwa kasus-kasus positif Covid-19 telah berhasil dieliminasi.
Namun, kedua negara bertindak sigap dengan menerapkan sejumlah langkah pengendalian yang tepat, seperti memberlakukan travel ban, menerapkan karantina wilayah, dan melakukan tes serta pelacakan kontak dengan efektif.
Sementara itu, Jerman dan Korea Selatan bergerak cepat untuk meningkatkan kapasitas tes dan pelacakan kontak mereka, sehingga bisa diterapkan dalam skala besar untuk mendeteksi penyebaran penyakit.
Jerman memberlakukan tes bagi warganya yang kembali dari liburan musim panas, untuk meminimalkan kasus-kasus impor, sedangkan Korea Selatan kini melaporkan penambahan kasus harian Covid-19 terus menurun.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia masih berjibaku untuk keluar dari gelombang pertama pandemi Covid-19.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono mengibaratkan, melihat puncak pandemi di Indonesia bak menyusuri lorong gelap.
“Kita di posisi jalan yang tak berujung. Kita masih dalam kegelapan gulita, dan cahayanya belum kelihatan,” kata Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono, saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/9/2020).
Puncak gelombang pertama pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum akan terlihat dalam waktu dekat.
Dalam beberapa pekan terakhir, beberapa kali Indonesia mencatatkan rekor kasus harian tertinggi.
Diberitakan , Minggu (20/9/2020) Indonesia justru mencatat angka tertinggi baru dalam penambahan kasus harian Covid-19 pada Sabtu (19/9/2020).
Berdasarkan data pemerintah, ada penambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 4.168 orang pada hari itu.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak kasus perdana Covid-19 diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret lalu.
Sebelumnya, berdasarkan catatan Kompas.com, angka tertinggi yang pernah dicatat yaitu 3.963 orang pada 16 September 2020, tiga hari sebelumnya.
Berdasarkan data covid19.go.id, sampai dengan Minggu (20/9/2020) total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia ada sebanyak 244.676 dengan 57.796 merupakan kasus aktif.
Sementara itu, 177.327 orang dinyatakan sembuh sedangkan 9.553 orang meninggal dunia akibat Covid-19.
Parameter
Pandu menyebutkan, ada banyak parameter yang harus diperhitungkan untuk menentukan kapan pandemi usai.
“Bagaimana testing-nya, bagaimana isolasinya, bagaimana perilaku penduduk untuk mematuhi protokol 3M. Banyak sekali yang harus diperhitungkan untuk melihat kapan pandemi ini bisa selesai,” kata Pandu.
Dia mengatakan, kemungkinan puncak pandemi di Indonesia baru akan terlihat tahun depan, antara awal atau pertengahan tahun.
Pada saat itu, diharapkan peningkatan kasus positif Covid-19 sudah mulai melandai.
“Tapi itu tergantung pemerintah juga,” ujar dia.
Pandu mengingatkan, agar akhir pandemi ini bisa terlihat, maka negara harus merespons dengan serius.
“Ini kan tidak direspon negara. Tidak mungkin kan direspons Menteri atau Satgas, harus direspon negara. Semua elemen masyarakat harus terlibat,” kata Pandu.
Oleh karena itu, Pandu menyarankan agar Presiden Joko Widodo mengambil alih langsung penanganan pandemi Covid-19.
“Harus dipimpin langsung. Karena butuh koordinasi yang ketat dengan semua Kementerian, dan harus pula membuat perencanaan yang tegas,” ujar dia.
“Anggap saja pandemi ini 5 tahun, jadi harus ada Pelita (pembangunan lima tahun). Harus ada rencana pembangunan 5 tahun Indonesia di era pandemi dengan memprioritaskan pembangunan kesehatan,” kata Pandu.
Terjebak gelombang pertama
Akun diskusi seputar Covid-19 di Instagram @pandemictalks, melalui unggahannya, Sabtu (19/9/2020) menyoroti sejumlah negara yang masih terjebak dalam gelombang pertama pandemi Covid-19 alias Endless First Wave.
Negara-negara itu antara lain: Argentina, Irak, Ukraina, dan Indonesia.
Menggunakan data per 15 September 2020 dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Eropa dan BBC, @pandemictalks menyajikan grafik jumlah kasus harian empat negara tersebut.
Hasilnya, negara-negara tersebut terlihat belum mengalami penurunan jumlah kasus harian sejak 6 Juni hingga 15 September 2020. Malah, grafik menunjukkan bahwa jumlah kasus harian terus meningkat, yang berarti penularan terus terjadi.
Dalam caption-nya @pandemictalks menyoroti Indonesia yang disebut belum melewati gelombang pertama Covid-19.
“Jangankan melewati, puncaknya saja masih belum terlihat. Ibaratnya, bahkan Indonesia masih di lembah pandemi. Awas jatuh ke jurang,” tulis @pandemictalks.
Infografik: Macam-macam Penularan Virus Corona
#Melihat #Puncak #Pandemi #Covid19 #Indonesia #bak #Menyusuri #Lorong #Gelap
Klik disini untuk lihat artikel asli