KOMPAS.com – Kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa hari terakhir disebutkan terus merangkak naik.
Penambahan kasus Covid-19 harian melonjak tajam, bahkan melewati angka 10.000. Padahal selama Desember 2021 hingga pertengahan Januari 2022, kasus harian cenderung landai di bawah angka 100.
Adanya lonjakan kasus Covid-19 tersebut disebutkan karena meluasnya varian Omicron di Tanah Air.
Kendati demikian, pemerintah belum dapat memastikan apakah Indonesia sudah memasuki gelombang ketiga Covid-19.
“Jadi untuk penetapan gelombang ketiga kita terus pantau karena baru 10 hari terjadi peningkatan kasus,” ucap Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Kamis (3/2/2022).
Sementara itu, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, sesungguhnya kondisi pandemi di Indonesia saat ini sudah menunjukkan bahwa kita tengah berada di awal dari gelombang ketiga yang sudah dimulai.
“Dalam sisi kondisi (Indonesia saat) ini, sudah jelas ini adalah anak tangga dari gelombang ketiga kita,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/2/2022).
Tanda-tanda gelombang baru Covid-19
Dicky menjelaskan, gelombang infeksi Covid-19 sesungguhnya hanya bisa dilihat dari kurva kasus infeksi seiring berjalannya waktu.
Namun, imbuhnya ada sejumlah parameter yang bisa dilihat untuk menyebut apakah sebenarnya sebuah negara sudah mulai memasuki gelombang infeksi atau belum.
Pada umumnya tanda yang bisa dilihat adalah adanya peningkatan kasus infeksi per 7 hari atau 14 hari, angka reproduksi meningkat atau positivity rate meningkat.
“Kalau di tujuh hari pertama sudah dua kali meningkat positivity rate, itu tanda awal dari gelombang,” kata Dicky.
“Ketika terjadi peningkatan infeksi, kemudian hunian ICU, dan ada kematian, sebetulnya itu sudah memperkuat,” lanjut dia.
Hunian rumah sakit dan kasus kematian, menurutnya menjadi indikator adanya banyak kasus di masyarakat.
Akan tetapi, apabila kenaikan kasus infeksi tidak dibarengi dengan peningkatan perawatan rumah sakit apalagi kematian, belum bisa tergesa-gesa dikatakan sudah masuk dalam gelombang baru.
Dicky menegaskan, untuk disebut sebagai gelombang infeksi, jumlah kasus yang terjadi tidak harus mencapai angka yang fantastis.
Semisal di Thailand, gelombang satu mereka kasus secara total hanya di kisaran 5.000, gelombang kedua total tidak mencapai 10.000 kasus, dan baru di gelombang ketiga kasus infeksi melebihi angka 100.000.
Kasus Omicron terus merangkak naik
Yang terpenting adalah adanya peningkatan kasus infeksi di kurva, terdapat puncak, dan kemudian terjadi penurunan.
“Jadi namanya gelombang itu tidak harus ratusan ribu (kasus infeksi), tapi dalam konteks Indonesia pasti banyak, akan banyak dengan Omicron saat ini,” pungkas dia.
Sebagaimana diberitakan (2/2/2022), data dari Satgas Penanganan Covid-19 pada Senin (1/2/2022), mencatat, terdapat penambahan 16.021 kasus baru virus corona baru.
Total ada 4.369.391 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.
Kasus baru itu tersebar di 33 provinsi. DKI Jakarta menjadi wilayah yang mencatatkan penambahan kasus tertinggi, yakni 6.391 kasus.
Sejalan dengan melonjaknya kasus Covid-19, penambahan kasus Omicron terus merangkak naik.
Hingga Senin (31/1/2022), total ada 2.980 varian Omicron di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.601 merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri dan 1.039 berasal dari transmisi lokal.
Sebelumnya, pemerintah juga melaporkan adanya 5 pasien Omicron di Indonesia yang meninggal dunia.
Dari 5 pasien, 60 persen di antaranya belum mendapatkan vaksinasi lengkap.
Infografik: Cara Pantau Penyebaran Varian Omicron di Dunia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Lonjakan #Kasus #Omicron #dan #Tandatanda #Gelombang #Baru #Covid19 #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli