navigasibisnis.com
Saturday, August 13, 2022
  • Login
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Global
    • Megapolitan
  • Edukasi
  • Food
  • Hype
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Politik
  • Properti
  • Sains
  • Tekno
  • Travel
  • Tren
No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Global
    • Megapolitan
  • Edukasi
  • Food
  • Hype
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Politik
  • Properti
  • Sains
  • Tekno
  • Travel
  • Tren
No Result
View All Result
navigasibisnis.com
No Result
View All Result
Home Tren

Internet is Dead?

August 2, 2022
in Tren
0
Internet is Dead?
0
SHARES
2
VIEWS
Bagikan ke Whatsapp

HATI saya agak bergetar ketika membaca tulisan Nietzsche, filsuf Jerman yang mengatakan “God is Dead”.

Sebagai pecinta musik, saya juga tercenung ketika Gene Simmons bassist grup rock Kiss mengatakan “Rock is Dead”.

RELATED POSTS

15 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia Sambut HUT ke-77 RI

Kata KPK soal Tidak Adanya Laporan Harta Kekayaan Ferdy Sambo di LHKPN

Ungkapan “kematian” menggunakan diksi “dead”, memang lebih menggetarkan hati dibandingkan dengan “die”.

Sekarang, bagaimana perasaan atau pendapat Anda jika saya menirunya dengan mengucapkan “Internet is Dead”?

Sebelum membahas lebih jauh perihal “kematian” internet, saya ingin mengajak Anda menelusuri sejarah dunia sebelum kelahiran internet.

Internet sebagai buah inovasi, saat ini menjadi tempat berkumpulnya orang dari berbagai macam profesi, umur, maupun latar belakang sosial, tanpa batasan lokasi (geografis).

Dengan kata lain, orang di benua Afrika, mudah berinteraksi dengan orang dari benua lain, misalnya benua Asia.

Selain tempat berkumpul, internet digunakan sebagai medium untuk berdiskusi, pertukaran informasi, dan networking (jaringan pertemanan).

Lalu, bagaimana atau dengan cara apa orang melakukan semua itu sebelum era internet?

Tahukah Anda bahwa sebelum internet muncul, kedai kopi digunakan sebagai medium pertukaran informasi, networking dan juga berdiskusi. Itu terjadi terutama di Eropa sejak abad ke-17.

Pada zaman tersebut, akademisi, pedagang, pelaut, broker dan orang-orang dari beragam profesi berkumpul di kedai kopi bukan hanya untuk minum kopi.

Mereka menggunakan kedai kopi sebagai tempat untuk melahirkan ide inovasi, diskusi-diskusi sehat berdasarkan pemikiran logis (reasoning) dan memperluas jaringan pertemanan (networking).

Ada banyak bukti yang bisa disimak. Misalnya, kita tahu buku Principia karangan Isaac Newton termasuk salah satu buku termasyhur dalam sejarah ilmu pengetahuan. Akan tetapi, apakah Anda tahu bahwa buku ini lahir sebagai hasil pemikiran setelah diskusi yang dimulai di kedai kopi?

Ilmuwan Inggris lain seperti Christopher Wren (arsitek Gereja Katedral St. Paul), Edmon Halley penemu komet yang dinamai seturut namanya, Robert Hooke dan lainnya juga kerap mengunjungi kedai kopi untuk sekadar bertukar pikiran dengan sesama ilmuwan.

Bukan hanya di Inggris, kedai kopi di Perancis pun merupakan tempat berdiskusi dan menghasilkan beberapa kumpulan pemikiran (Encyclopedie).

Berbicara tentang inovasi, tidak perlu diragukan lagi bahwa internet adalah salah satu hasilnya.

Pada tahun 1969, akademisi di UCLA berusaha mengakses jaringan rekannya di Universitas Stanford melalui ARPANET (jaringan milik Departemen Pertahanan Amerika yang mendasari internet sekarang).

Meskipun hanya dua kata “Lo” terkirim dan sistem komputer kemudian crash, namun ini adalah langkah awal perkembangan internet.

Jika dihitung dari momen kegagalan tersebut, internet mengalami perubahan pesat dalam waktu singkat.

Vint Cerf dan Robert Kahn, penggagas aturan pertukaran data antarjaringan (protokol) TCP/IP menerbitkan paper mereka pada tahun 1974.

Kira-kira sepuluh tahun setelahnya, TCP/IP menjadi protokol wajib agar komputer bisa terkoneksi di internet.

Sebagai catatan, mereka juga lah yang menggagas terminologi “internet”, dasarnya dari “inter-networking of networks”.

Pada awalnya, internet mewarisi spirit kedai kopi yang marak pada abad ke-17 sebagai media untuk inovasi, reasoning dan networking. Akan tetapi, Vint dan Kahn sebagai penggagas TCP/IP yang menjadi pondasi internet sampai detik ini, mungkin tidak membayangkan bahwa sekarang internet sudah mulai berubah dan jauh dari spirit yang mereka idamkan sejak awal.

Selain teknologi inti seperti protokol, pesatnya perkembangan internet dapat kita simak melalui berbagai momen perkembangan teknologi penunjang seperti berikut.

Email pertama berhasil dikirim pada tahun 1971. Dua puluh tahun setelahnya, yaitu tahun 1991, Web page pertama berhasil dibuat oleh Sir Tim Berners-Lee.

Kemudian tidak menunggu lama, tahun 1995 Amazon mulai menggunakan internet untuk kegiatan bisnis. Disusul oleh Google pada tahun 1997 dan Facebook (Meta) pada tahun 2004.

Kita tahu bahwa sekarang, Google, Amazon dan Meta merupakan raksasa besar di dunia internet. Dengan tambahan perusahaan Apple, empat raksasa digital (orang menyebutnya Big Tech) tersebut dahulu dijuluki GAFA.

Aplikasi penunjang esensial di internet seperti browser, juga berevolusi secara cepat. Browser pertama, yaitu NCSA Mosaic, dibuat oleh Marc Andreessen dan dirilis pada tahun 1992.

Setelah itu, karena satu dan lain hal, Mosaic dikembangkan melalui nama lain, yaitu Netscape. Sebelum kemunculan Internet Explorer (IE), Netscape merupakan merupakan browser yang banyak digunakan pada berbagai sistem operasi komputer.

IE muncul pada tahun 1995, kemudian sampai era 2000-an menduduki posisi teratas dunia browser. Meskipun dalam perjalanannya IE sempat tersangkut beberapa masalah. Misalnya tuduhan monopoli dengan alasan IE adalah browser yang “secara paksa” ter-install saat orang menggunakan sistem operasi Windows.

Setelah mengalami pasang surut, akhirnya pada tanggal 15 Juni 2022 lalu, Microsoft mengumumkan penghentian support IE. Saat ini ada beberapa browser lain yang menjadi favorit, seperti Chrome dan Firefox. Microsoft juga telah merilis browser pengganti IE, yaitu Edge.

Internet dan aplikasi yang digunakan memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Mungkin tidak banyak disadari bahwa ada beberapa persoalan yang dihadapi internet sekarang. Misalnya saja masalah privasi data.

Dari definisinya, data merupakan sekumpulan angka (maupun nilai riil), biasanya direpresentasikan mengunakan bilangan biner (0 atau 1) di komputer. Data ini belum mempunyai arti apa-apa.

Ketika struktur ditambahkan pada data, maka keteraturan atau pola tertentu akan terjadi. Dengan begitu orang bisa memaknainya. Pada momen ini, data berubah menjadi informasi.

Bagi pengguna intenet, mungkin secara tidak sadar mereka tidak peduli atas data, misalnya ketika dia berbelanja atau kerap mengakses portal tertentu di internet. Kebanyakan orang menganggap bahwa data-data itu tanpa makna.

Akan tetapi melalui perkembangan teknologi, beragam data yang orang pikir “tanpa makna” itu mudah diolah dengan cara ditambah data lain yang diperoleh ketika orang menggunakan internet. Orang tidak sadar bahwa dalam waktu sekejap, data dapat berubah menjadi informasi.

Kalau diselisik lebih jauh lagi, informasi mempunyai hubungan erat dengan bisnis (dalam hal ini, uang).

Hampir sebagaian besar reklame yang bermunculan pada gawai ketika bermain di internet, adalah hasil dari proses mengumpulkan data yang berserakan, kemudian menghubungkannya antara satu dengan lain.

Jangan terkejut ketika Anda mendapati banyak iklan serupa yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan aktivitas Anda misalnya, bermunculan di gawai/komputer ketika berselancar di internet.

Tanpa disadari, data sudah tersebar dan terekam sehingga mudah untuk menebak, siapa, apa hobi dan kebiasaan Anda, bahkan lokasi pun mudah diketahui.

Oleh sebab itu maka di era digital, privasi data terutama data pribadi, mutlak diperlukan. Meskipun bisa menjadi buah simalakama jika privasi diberlakukan terlalu ketat.

Contoh buruknya, (bisnis) reklame bisa menjadi mati. Dengan kata lain, terlalu ketatnya pemberlakuan privasi bisa bedampak pada tertahannya pergerakan roda bisnis.

Eropa sudah menggalakkan perlindungan data pribadi melalui General Data Protection Regulation yang disetujui oleh otoritas Eropa pada tahun 2016.

Indonesia juga sudah mempunyai Permen Kominfo tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik yang dirilis pada tahun 2016.

Meskipun dalam pelaksanaanya, saya tidak tahu sampai dimana keefektifan Permen Kominfo ini. Apalagi kita tahu bahwa terkadang data pribadi bisa dengan mudah ditemukan di internet.

Masyarakat tentu berharap peran lebih aktif pemerintah untuk mengatur dan membuat solusi bagi perlindungan data pribadi.

Selain persoalan privasi data, sekarang internet menjadi medium “kurang sehat” bagi kehidupan bermasyarakat. Internet penuh dengan berita hoax, ujaran kebencian, gosip politik, pelecehan terutama menyangkut SARA, dan lainnya yang bisa Anda tambahkan sendiri.

Itu semua merupakan musuh yang harus diperangi bersama, demi menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa kita yang majemuk.

Tidak perlu saya tuliskan secara panjang lebar bahwa even lima tahunan seperti Pilkada dan Pilpres, biasanya menjadi momen untuk saling caci, menggunakan media favorit yang tidak lain dan tidak bukan adalah internet.

Lebih memprihatinkan lagi, “kegaduhan” tidak hanya terjadi di dunia maya saja. Dipicu oleh “keramaian” dunia maya, maka konfrontasi antarkubu bisa merembet pada kehidupan nyata!

Jika melihat tujuan awal internet, terutama sebagai kelanjutan spirit kedai kopi era abad ke-17 untuk inovasi, reasoning dan networking, maka yang terjadi saat ini (meskipun tidak semuanya) jauh berbeda dengan apa yang didambakan. Maka tidak berlebihan kan jika saya mengatakan, internet sudah “mati”!

Berubahnya tujuan awal bukan satu-satunya alasan. Ada beberapa alasan lain, misalnya teknologi TCP/IP yang menjadi pondasi internet juga sudah lawas, dan saatnya diganti. Sebagai catatan, tahun depan TCP/IP akan genap berusia setengah abad!

Lain dengan dahulu, kebanyakan orang zaman sekarang mengakses internet dengan cara nirkabel. Ini menambah beban pada TCP/IP karena protokol ini diciptakan dengan dasar asumsi mula-mula, koneksi internet melalui kabel.

Salah satu usaha untuk menjawab persoalan itu, saat ini para ilmuwan sedang mengkaji sistem yang lebih menitikberatkan pada isi (konten). Sistem yang sedang dikaji adalah Information Centric Network (ICN).

Cara kerja ICN dibandingkan dengan sistem yang dipakai sekarang, dapat kita selisik misalnya ketika ingin makan nasi goreng. Pada sistem sekarang, pertama Anda perlu googling di mana lokasi rumah makan yang menjual nasi goreng. Lebih-lebih jika ingin makan nasi goreng terenak di area tertentu.

Setelah menemukan restoran, Anda mencari di mana lokasinya menggunakan Google Map. Pengguna dapat mengaktifkan aplikasi pemesanan, agar nasi goreng bisa dibeli kemudian diantar langsung ke rumah.

Dengan ICN, Anda tidak usah susah payah menjalankan beberapa tahap seperti itu demi makan nasi goreng. Kita hanya memasukkan keinginan, kemudian informasi rumah makan yang menjual nasi goreng akan dikirim, bahkan nasi goreng dapat diantar langsung ke rumah.

Ada catatan yang perlu ditambah mengenai ICN. Sistem ini dalam tahap pengembangan, sehingga sekarang masih banyak kendala sebelum ICN bisa benar-benar digunakan.

Teknologi khususnya yang berhubungan dengan internet akan terus berkembang. Selain sisi positif perkembangan teknologi, yaitu orang akan lebih mudah menggunakan dan memanfaatan internet, tentu ada sisi negatif yang perlu diantisipasi sejak dini.

Satu hal terpenting, secanggih apapun teknologi internet nantinya, pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk menggunakannya bagi kepentingan bersama adalah syarat mutlak dan tidak boleh dilupakan.

Terlebih internet merupakan sumber daya terbatas, sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita tentu tidak mau internet menjadi “mati”.

Internet harus tetap hidup dan menghidupi. Kita harus menggunakan internet sebaik-baiknya, dan meninggalkan warisan kepada penerus bangsa, sebagai bangsa beradab pengguna internet.

Sehingga bukan kematian internet yang terjadi, melainkan kita semua dapat lantang meneriakkan “Long Live The Internet”!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

#Internet #Dead #Halaman

Klik disini untuk lihat artikel asli

Tags: internetnetworking
ShareTweetSend

Related Posts

15 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia Sambut HUT ke-77 RI

15 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia Sambut HUT ke-77 RI

by bisnis
August 12, 2022
0

KOMPAS.com - Bulan Agustus identik dengan tema-tema kepahlawanan menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia.  Menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus nanti,...

Kata KPK soal Tidak Adanya Laporan Harta Kekayaan Ferdy Sambo di LHKPN

Kata KPK soal Tidak Adanya Laporan Harta Kekayaan Ferdy Sambo di LHKPN

by bisnis
August 11, 2022
0

KOMPAS.com - Plt Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bidang Pencegahan Ipi Maryati Kuding angkat bicara perihal tidak adanya laporan...

31 Personel Polri Diperiksa Terkait Kasus Pembunuhan Brigadir J

31 Personel Polri Diperiksa Terkait Kasus Pembunuhan Brigadir J

by bisnis
August 9, 2022
0

KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, Kepolisian telah memeriksa sebanyak 31 personel Polri terkait pembunuhan Brigadir J.  Dari...

Tersangka Korupsi Rp 150 M di Bengkulu Dilantik Jadi Kades, Bagaimana Aturan Hukumnya?

Tersangka Korupsi Rp 150 M di Bengkulu Dilantik Jadi Kades, Bagaimana Aturan Hukumnya?

by bisnis
August 7, 2022
0

KOMPAS.com - Tersangka kasus dugaan korupsi dana peremajaan kelapa sawit yang berinisial P dilantik sebagai Kepala Desa Tanjung Muara, Kecamatan...

Rasialisme Kebahasaan di Indonesia Sebuah Fenomena Gunung Es yang Semakin Besar

Rasialisme Kebahasaan di Indonesia Sebuah Fenomena Gunung Es yang Semakin Besar

by bisnis
August 6, 2022
0

ISU rasialisme kebahasaan makin marak dijumpai di Indonesia. Satu kasus yang sempat ramai diberitakan terkait twit pegiat media sosial Permadi...

Next Post
Anggota Bawaslu: Jadilah “Buzzer” yang Baik

Anggota Bawaslu: Jadilah "Buzzer" yang Baik

Isu “Burden Sharing” Bikin Rupiah Melemah Sore Ini

Kedatangan Ketua DPR AS di Taiwan Buat Rupiah Pagi Hari Tertekan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RECOMMENDED

Suasana Hati Sering Berubah, Kapan Saatnya Cek ke Dokter?

Suasana Hati Sering Berubah, Kapan Saatnya Cek ke Dokter?

August 13, 2022
15 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia Sambut HUT ke-77 RI

15 Rekomendasi Film Kemerdekaan Indonesia Sambut HUT ke-77 RI

August 12, 2022
Daftar Penghargaan Piala AFF U16 2022: Iqbal Pemain Terbaik, Thailand 2 Gelar

Daftar Penghargaan Piala AFF U16 2022: Iqbal Pemain Terbaik, Thailand 2 Gelar

August 12, 2022
Wamenaker: Saya Ingin Penempatan PMI ke Malaysia Harus Mutual Benefit

Wamenaker: Saya Ingin Penempatan PMI ke Malaysia Harus Mutual Benefit

August 12, 2022

MOST VIEWED

  • Menjaga Keutuhan Bhinneka Tunggal Ika

    Menjaga Keutuhan Bhinneka Tunggal Ika di Segala Sektor

    80 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara dan Syarat Dapatkan Kartu Kuning Gratis untuk Pencari Kerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Wanita Bisa Hamil Walaupun Sperma Dikeluarkan di Luar Vagina? Halaman all

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belum Selesai Covid-19, Ilmuwan Prediksi Ancaman Penyakit X, Apa Itu? Halaman all

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Efek Samping Vaksin Covid-19 dan Cara Mengatasinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
navigasibisnis.com

navigasibisnis.com - Platform media online Navigasi Bisnis Indonesia

  • Landing Page
  • All Features
  • Contact

© 2020 navigasibisnis.com - Platform media online Navigasi Bisnis Indonesia

No Result
View All Result
  • Berita
    • Nasional
    • Regional
    • Global
    • Megapolitan
  • Edukasi
  • Food
  • Hype
  • Kesehatan
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Politik
  • Properti
  • Sains
  • Tekno
  • Travel
  • Tren

© 2020 navigasibisnis.com - Platform media online Navigasi Bisnis Indonesia

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In