KOMPAS.com – Para ilmuwan tengah mengembangkan uji coba vaksin Covid-19 generasi kedua, untuk memperluas perlindungan terhadap varian dan mutasi virus Covid-19.
Dikutip dari The Guardian (21/2/2021), kandidat vaksin yang dikembangkan termasuk satu versi yang dapat memberikan pertahanan kekebalan terhadap banyak varian virus yang berbeda.
Sementara itu, peneliti lainnya menyelidiki respons yang akan dihasilkan terhadap vaksin dengan tujuan mencegah penularan penyakit.
Penelitian varian baru Covid-19
Para ilmuwan juga meneliti tentang pembuatan beberapa vaksin yang masing-masing dapat mengatasi jenis mutasi virus Covid-19.
Melansir Republic World, vaksin Covid-19 sejauh ini telah dirancang untuk menghentikan orang yang terpapar virus menjadi sakit parah.
Kendati begitu, masih belum pasti seberapa efektif vaksin memblokir virus yang dapat menular.
“Tidak ada indikasi salah satu varian virus baru yang muncul baru-baru ini menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada virus aslinya,” kata ahli virus di Universitas Nottingham Profesor Jonathan Ball seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (21/2/2021).
“Namun, ada bukti beberapa dari varian baru kemungkinan lebih baik dalam menginfeksi. Karena itu, (virus) menyebar pada populasi yang memiliki kekebalan parsial setelah infeksi alami atau vaksinasi,” lanjut dia.
Salah satu solusinya, vaksin yang tidak hanya menargetkan protein lonjakan di permukaan virus tapi bagian lain dari virus, yang disebut protein N, seperti yang dikembangkan para peneliti termasuk Ball.
Ball berharap, vaksin tersebut mampu menghasilkan respons yang lebih luas dari sistem kekebalan.
“Sehingga memberikan kekebalan yang lebih luas terhadap virus. Mengingat apa yang kita ketahui sekarang tentang munculnya varian virus Covid-19, membantu kita memperkuat perlindungan terhadap penyakit tersebut,” ujarnya.
Pengembangan vaksin turut melibatkan perusahaan imunologi Scancell dan para peneliti di Universitas Nottingham Trent.
Uji klinis
Ball menyampaikan, uji klinis vaksin diharapkan dapat segera diluncurkan.
“Plasmid yang menjadi dasar vaksin telah digunakan dalam perawatan medis lain dan dapat ditoleransi dengan baik pada pasien. Jadi, kami berharap dapat segera melanjutkan uji klinis,” paparnya.
Sementara itu, ilmuwan di Universitas Bristol telah mulai mengembangkan vaksin yang dapat memicu antibodi di hidung dan tenggorokan.
Profesor Pediatri di Sekolah Kedokteran Bristol, Universitas Bristol Adam Finn menjelaskan, virus dapat menginfeksi seseorang melalui hidung dan tenggorokan.
“(Hidung dan tenggorokan menjadi) jalur virus menginfeksi seseorang, sehingga jika bertujuan secara khusus untuk menghasilkan antibodi di saluran udara bagian atas sehingga akan membantu memblokir virus agar tidak menginfeksi,” kata Finn.
Memblokir virus
Untuk memblokir virus, Finn dan rekan-rekannya mengukur tingkat antibodi dalam sekresi mukosa orang yang telah diberi vaksin berbeda untuk melawan penyakit tersebut.
“Dengan membandingkan kekuatan respons kekebalan ini, kami kemudian dapat memprediksi seberapa baik mereka dalam mencegah penularan,” tambah dia.
Sehingga, lanjut dia, dapat diidentifikasi vaksin yang paling mampu menghentikan penyebaran virus dari satu orang ke orang lain.
” Vaksin yang kami kembangkan selama setahun terakhir menjadi pencapaian yang luar biasa, tapi ini bukanlah akhir dari cerita,” tutur profesor imunologi di Universitas Surrey Deborah Dunn-Walters.
“Kami telah mulai dengan vaksin yang mungkin memberi perlindungan sekitar dua pertiga dari penyakit serius dan mungkin perlindungan 50 persen dari penularan virus. Hal yang harus kami lakukan adalah memperbaikinya. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan jika kita ingin mengalahkan Covid-19,” lanjut dia.
#Antisipasi #Mutasi #Ilmuwan #Mulai #Uji #Vaksin #Covid19 #Generasi #Kedua #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli