Ekonom sekaligus dosen UI, Faisal Basri, sebutkan bahwa isu anti asing dapat hambat masuknya investasi ke Indonesia. Hal ini dinyatakan oleh Faisal dalam sebuah tayangan di mana dirinya merupakan pembicara di acara tersebut.
Faisal mengatakan bahwa isu mengenai anti asing sering dimainkan oleh para pengusaha dalam negeri yang dilindungi oleh pemerintah. “Jadi anti asing ini dimanfaatkan oleh kroni-kroni di dalam negeri. Pengusaha-pengusaha kroni di dalam negeri yang nggak siap bersaing. Pengusaha-pengusaha yang selama ini menikmati rente banyak sekali. Mereka ingin, anti asing itu nasionalis. Padahal itu ngeruk buat dirinya sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, keadaan ini menghambat masuknya investasi dari perusahaan asing ke Indonesia. Padahal, menurutnya, Indonesia sedang fokus untuk berlari cepat dalam pembangunan ekonomi yang dimana keadaannya membutuhkan dana bantuan dari pihak luar negeri.
“Ingin percepatan tidak menunggu seluruhnya kita danai sendiri. Oleh karena itu, kita berhutang. Berhutang atau mengundang pihak luar negeri yaitu mengundang mereka berinvestasi,” imbuhnya.
Faisal juga menambahkan bahwa investasi sangat penting bagi Indonesia karena tak hanya mendatangkan materi, melainkan adanya transfer of knowledge.
“Kita mengundang yang belum kita kuasai, jadi harus selektif. Seperti mendatangkan perusahaan yang menguasai teknologi tertentu, yang di Indonesia belum bisa menguasai. Dari sana, akan ada transfer of knowledge,” ungkapnya.
Faisal mencontohkan China sebagai negara yang patut ditiru ilmunya di dunia investasi. Menurutnya, China bisa lebih berhasil dengan membangun 17 economic zone. Di 17 tempat tersebut, China memperbolehkan perusahaan asing bebas membangun perusahaan apa saja.
Bagi Faisal, beberapa ajaran yang dilakukan oleh China patut dicontoh. Seperti, menyekolahkan SDM (Sumber Daya Manusia) ke luar negeri untuk belajar intelijen bisnis, cara produksi yang baik dari perusahaan. Setelah itu, China dianggap selektif dalam memilih negara yang diundang berinvestasi. “Dia undang yang hebat-hebat, industri otomotif dari Jerman, dari Italia, dari Amerika, dia undang semua. Dia cari yang terbaik. Lalu dia curi, curi secara bisnis. Dia curi teknologinya, segala macam. Sehingga dia bisa menghasilkan produk akhir yang lebih,” ucapnya.
Faisal berharap, Indonesia dapat belajar dari China untuk mengundang asing agar lebih cepat dalam pembelajaran serta adanya transfer of knowledge.
Jika Indonesia tidak berani untuk mengundang negara asing dan menanamkan modal di Tanah Air, Faisal Basri mengatakan bahwa hal ini akan berakibat tidak baik bagi Indonesia.
“Akibatnya adalah ekspor kita merosot terus. Karena, sehingga yang kita ekspor tinggal apa? Tinggal sawit. Petik, jual ke luar negeri. Keruk batu bara makin dalem, jual. Kemudian tebang kayu, jual. Elektronik merosot ekspornya. Tekstil merosot, garmen merosot, sepatu merosot,” tutupnya.