Ada yang menarik pada acara CEO Forum 2021. Acara yang digelar oleh Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) secara virtual pada akhir April 2021 lalu dihadiri oleh sejumlah direksi perusahaan khususnya yang memiliki peran dalam dunia tambang dan logam. Salah satu CEO perusahaan pertambangan nikel terbesar di Indonesia, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yakni Alexander Barus menjadi pembicara di sesi pertama CEO Forum 2021. Dalam acara ini, pemain industri nikel ini menjelaskan mulai dari perihal terkait perusahaan hingga target ke depannya.
Perusahaan mineral nikel ini berdiri sejak tanggal 3 Oktober 2012, di mana mereka memiliki area konsesi seluas 47.000 hektar dengan area operasi tambang perusahaan sebesar 2.000 Ha. Alexander mengungkapkan bahwa area konsesi akan diperluas hingga 3.000 Ha. Hampir sembilan tahun IMIP berdiri, saat ini IMIP memiliki 46.000 pekerja dimana 7.000 pekerjanya merupakan warga negara asing.
Tidak kaleng-kaleng, IMIP menggandeng sejumlah investor ternama seperti Tsingshan Group, Bintang Delapan Group, dan Hanwha. Di balik kesuksesannya, IMIP selalu memegang teguh motto perusahaan yakni “United We Can” dan poin-poin budayanya yaitu WTS: Working Hard, Target Oriented, dan Smart.
Lantas, apa yang membuat PT IMIP dapat berkontribusi besar untuk Tanah Air yang dibuktikan dengan masuknya devisa negara melalui investasi yang nilainya setara dengan Rp43,5 triliun?
Jika pemain industri nikel ingin mencapai target, maka perjuangan yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Alexander mengatakan bahwa IMIP memiliki 14 smelter nickel pig iron (NPI) dimana kapasitas masing-masing smelter 3 juta metrik ton per tahun. Bukan hanya bermain di nikel, perusahaan ini memiliki 1 smelter baja karbon dengan kapasitasnya 3,5 metrik ton per tahun, 5 smelter katoda yang kapasitasnya mencapai 240 ribu metrik ton per tahun, dan tidak kalah mengejutkannya di tengah dunia yang sedang heboh-hebohnya dengan kendaraan listrik, IMIP mempunyai fasilitas pengolahan daur ulang baterai electric vehicle (EV) berkapasitas kapasitas 20 ribu metrik ton per tahun.
Belum sampai disitu saja. Untuk menghidupkan industri ini, IMIP memiliki pembangkit listrik dengan kapasitas 3.000 MW, bandara, pelabuhan, wisma, hingga sebuah institusi bernama Politeknik Industri Logam Morowali yang memiliki tujuan mempersiapkan tenaga kerja untuk kebutuhan perusahaan. Kedepannya, industri nikel di Morowali ini memiliki mimpi untuk berbisnis ramah lingkungan yang fokus pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Dengan adanya bisnis baru, IMIP, selaku pemain di industri nikel juga memiliki target untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak dan membantu menyejahterakan masyarakat.