Hadirnya tenaga kerja asing di suatu negara rupanya turut membantu pembangunan dan pergerakan ekonomi, termasuk Indonesia. Mengherankan jika pada akhirnya keadaan ini memicu sentimen pekerja asing di Indonesia. Seringkali, isu serbuan pekerja asing di Indonesia hadir tanpa fakta yang akurat di lapangan. Isu ini menandakan perlawanan terhadap kehadiran pekerja asing yang rupanya berjumlah sedikit.
Dalam jumlah, pekerja lokal Indonesia lebih banyak daripada pekerja asing di Indonesia. Ambil contoh di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Pemerintah masih menjadikan pekerja lokal sebagai mayoritas ‘penikmat’ lapangan kerja di Indonesia. Sedangkan tenaga kerja asing jumlahnya lebih sedikit karena bertugas sebagai tenaga ahli yang diharapkan memberikan transfer of knowledge.
Menurut Schwingenschlögl (2007), dalam kehidupan bermasyarakat, hampir di mana ada mayoritas, kondisi yang ditemui adalah minoritas lebih mudah ditindas dan lebih sering mengalami penderitaan. Hal ini dikarenakan tekanan oleh pihak mayoritas. Sederhananya, kelompok dominan cenderung mempertahankan posisinya. Ketakutan akan kehilangan kekuasaan mendorong mayoritas untuk melakukan penindasan dan menyia-nyiakan potensi produktif dari kaum minoritas (Griffiths, 2006).
Fakta miris ini terjadi di dunia buruh Indonesia. Berada di pihak mayoritas membuat tenaga kerja lokal seringkali melakukan mogok kerja dan demonstrasi melalui serikat pekerja yang tak jarang berakhir ricuh. Hal ini patut dipertanyakan karena prinsip dasar serikat pekerja adalah solidaritas sesama pekerja, baik lokal maupun asing. Dari posisi ini, kesejatian sebagai kaum unionis yangs sejati patut dipertanyakan kembali.
Perlawanan terhadap TKA di Indonesia adalah tanda bahwa pembenci tenaga kerja asing sama sekali tidak mencerminkan solidaritas bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri. Ketika TKI mengumpulkan pundi-pundi devisa untuk Indonesia, pekerja lokal di Tanah Air asyik berdemo atas nama perlawanan pekerja asing di Indonesia. Padahal, mayoritas dan minoritas ini sama-sama berada di kelas pekerja. Kenapa harus bermusuhan? Cobalah sesekali membuka hati, tak kenal maka tak sayang, ya kan?