Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan sejumlah ekonomi di beberapa negara, tak terkecuali Indonesia yang hampir terjebak di jurang resesi. Atas hal ini, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 harus berada pada angka 4,4 hingga 5,5 persen.
Erick Thohir, Ketua Tim Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan COVID-19, dirinya optimis target tersebut dapat tercapai. Menurutnya, Indonesia memiliki potensi kuat berupa sumber daya yang dapat membantu memulihkan ekonomi akibat pandemi. Erick menjabarkan, dua faktor yang mendukung pemulihan ekonomi Indonesia adalah Tanah Air memiliki populasi yang besar serta kaya akan sumber daya alam.
Pernyataan ini diamini pula oleh pihak internasional, salah satunya Bank Dunia, mereka menyebutkan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 4,8 persen di tahun 2021. IMF juga memprediksi angka ekonomi Indonesia akan terkerek naik mencapai 6,1%
Dua lembaga menilai, Indonesia mampu beradaptasi cepat atas perubahan iklim bisnis dunia. Dahulu, Indonesia untung besar melalui kelapa sawit, kini pertambangan Indonesia adalah primadona yang menyumbangkan pendapatan besar. Ini dikarenakan Indonesia memiliki cadangan nikel, bauksit, dan sejumlah mineral yang dapat memberikan nilai tambah.
Menurut Erick, pertambangan menyelamatkan Indonesia dari jurang resesi melalui hilirisasi. Sumbangan terbesar Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indonesia berasal dari sektor energi dan pertambangan mineral batubara (minerba) mencapai Rp 172,9 triliun pads 2019, salah satunya karena hilirisasi nikel.
“Nikel ini dulu kita hanya ekspor, kira-kira nilainya USD 612 juta setahun. Tapi sekarang kalau dilihat kita sudah ekspor itu USD 6,24 miliar itu setelah menjadi stainless steel slab,” papar Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan.