Guru besar, ahli geologi, penulis sekaligus saintis yang satu ini namanya selalu dikenang, ya, dia adalah John Ario Katili. Laki-laki kelahiran 9 Juni 1929 silam ini berandil besar bagi tanah air, khususnya dalam ilmu geologi, deretan prestasi yang dia kumpulkan sehingga John diberi predikat Bapak Geologi Indonesia.
Minat John pada ilmu geologi timbul ketika dirinya menginjak bangku sekolah menengah di Algeemene Middlebare School (AMS) Makassar, sejak saat itu, dia tidak setengah-setengah mendalami geologi. Teori tektonik lempeng menjadi fokus John. Dirinya kerap membuat makalah atau jurnal ilmiah tentang geologi. Hal inilah yang membuat dirinya menuangkan setiap makalah ilmiah yang disusun menjadi buku “Geotectonics of Indonesia: a Modern View”. Buku ciptaan John Ario Katili ini terbit pada 1980.
Saat dirinya masih menjadi mahasiswa tingkat awal, John mulai terjun ke dunia penulisan, siapa sangka buku pertamanya yang terbit pada tahun 1953 berjudul “3000 Juta Tahun Sejarah Bumi” menjadi favorit kaum muda kala itu. Putra Gorontalo ini akhirnya berhasil meraih predikatnya sebagai guru besar. Bersama dosen ITB, Peter Marks, keduanya menulis buku pengantar ilmu geologi yang dipersembahkan untuk negara ini dan berjudul “Geologi” di tahun 1963.
Ide fenomenal juga ditemukan John. Saat Kota Palu direncanakan menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, John Ario Katili sempat tidak merekomendasikan hal tersebut kepada pemerintah, dan John mendapatkan respons apatis. Sebagai ahli geolog, John paham bahwa Kota Palu berada di zona tumbukan tiga lempeng tektonik. Kota Palu menjadi ibu kota provinsi sangat beresiko menurut John. Selain Kota Palu, John berhipotesis bahwa Gunung Colo akan erupsi dan kekayaan sumber daya alam (SDA) berlimpah di Papua. Benar saja, apa yang dikatakan oleh John Ario Katili nyata terjadi.
Kecintaan John terhadap dunia sastra telah dibuktikan dengan terbitnya ragam karya sastra kreasi dirinya sendiri. semasa hidupnya dia menulis sebanyak 11 buku dan 250 karya ilmiah, Tujuannya satu, mengedukasi awam tentang kebumian. Deretan prestasi John di bidang sastra tidak main-main.
Tidak ada yang tahu takdir seseorang akan ke mana, seperti halnya sosok J.A. Katili. Dirinya menunjukkan bahwa seorang geologiwan dapat juga berprestasi di dunia politik. John sempat menempati posisi Dirjen Geologi dan Sumber Daya Mineral, lalu di tahun 1989, John mendapat kepercayaan sebagai Penasehat Ahli Menteri Pertambangan dan Energi. Tiga tahun berselang, perjalanan karir politiknya berlanjut sebagai Wakil Ketua MPR hingga tahun 1997. Dan, dalam rentang tahun 1999 hingga 2003, John Ario Katili diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Federasi Rusia, Kazakhstan, Turkmenistan dan Mongolia.
Meskipun tidak sebentar di ranah politik, hal tersebut tidak membuat kecintaannya pada ilmu geologi dan sastra luntur. Seperti tidak pernah ada habisnya, semakin bertambahnya usia, prestasi J.A. Katili bertambah gemilang. Deretan prestasi John belum selesai sampai di situ, John pada masanya (tahun 1970-an) dipercaya Pemerintah Indonesia untuk membantu NASA dalam proyek satelit peneliti bumi (ERTS).