Hari ini, nilai tukar rupiah mengalami pergerakan yang positif dan memperlihatkan stabilitas yang kuat. Pada pukul 13.20 WIB, kurs rupiah di pasar tunai mencapai Rp15.545 per dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini menandai penguatan sebesar 1,16% dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya yang berada di level Rp15.728 per dolar AS. Saat ini, rupiah berada pada level terkuatnya terhadap dolar AS dalam lebih dari sebulan, sejak 3 Oktober 2023.
Penguatan rupiah pada hari ini juga merupakan penguatan harian terbesar sejak 24 Maret. Sentimen positif terkait pelemahan dolar AS menjadi kabar baik bagi rupiah, yang juga menguat bersama dengan beberapa mata uang Asia.
Hampir semua mata uang Asia menguat terhadap dolar AS, kecuali yuan Tiongkok dan yen Jepang yang mengalami pelemahan sekitar 0,1% dan 0,07% terhadap dolar AS hingga siang ini. Penguatan terbesar terjadi pada won Korea sebesar 1,79%, diikuti oleh ringgit Malaysia dengan kenaikan sebesar 1,42% dan rupiah dengan penguatan sebesar 1,16%.
Bloomberg mencatat bahwa pembelian bersih asing pada obligasi Indonesia pada 2 November mencapai angka tertinggi dalam lebih dari dua bulan terakhir. Aksi pembelian asing di pasar obligasi ini menjadi salah satu faktor pendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Dana asing mulai mengalir kembali setelah Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) pada 1 November lalu. Selain itu, terjadi aksi pembelian bersih asing di pasar saham pada Jumat (3/11/2023) setelah penjualan bersih yang terus terjadi selama 14 hari perdagangan.
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia mengalami pelemahan menjadi 105,01 setelah sebelumnya menguat di pagi hari. Indeks dolar mencapai level terendahnya dalam hampir delapan pekan terakhir sejak 14 September.
Menurut analis pasar Lukman Leong, penguatan rupiah berlanjut seiring dengan pelemahan dolar AS, yang dipicu oleh data tenaga kerja AS yang menunjukkan performa lemah.
Namun, ia juga mencatat bahwa penguatan rupiah mungkin akan terbatas, seiring dengan antisipasi terhadap data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III yang diperkirakan tumbuh sekitar 5,05%. Lukman memproyeksikan pergerakan rupiah dalam kisaran antara Rp15.600 hingga Rp15.800 per dolar AS.
Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, memproyeksikan bahwa potensi penguatan rupiah pada hari ini dapat mencapai kisaran antara Rp15.680 hingga Rp15.650, dengan potensi resisten di kisaran Rp15.800.
Deretan Faktor yang Menguatkan Rupiah
Pergerakan nilai tukar rupiah yang positif pada Senin pagi dianggap sebagai dampak dari beberapa faktor, termasuk data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), Non Farm Payrolls (NFP) edisi Oktober 2023, dan tingkat pengangguran AS yang lebih rendah dari ekspektasi.
Data tenaga kerja AS yang dirilis oleh pemerintah AS pada Jumat, 3 November 2023, menunjukkan kinerja yang umumnya di bawah ekspektasi pasar. Non Farm Payrolls Oktober, misalnya, dirilis 150 ribu lebih rendah dari ekspektasi 180 ribu, sementara tingkat pengangguran mencapai 3,9%, melebihi ekspektasi sebesar 3,8%.
Hasil ini menjadi pendorong pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama dunia dan meningkatkan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) akan menghentikan periode suku bunga tinggi lebih cepat.
Selain faktor data ekonomi AS yang di bawah ekspektasi, hasil rapat kebijakan moneter AS yang terakhir juga kurang hawkish. Hal ini membuat pelaku pasar semakin yakin untuk masuk ke investasi aset berisiko sehingga mampu mengerek penguatan rupiah.
Pasar juga menantikan data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2023. Jika data tersebut mencapai angka di atas 5%, hal ini dapat memberikan persepsi positif terhadap rupiah.
Di sisi lain, BPS (Badan Pusat Statistik) telah merilis laporan terbaru mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga tahun ini. Data menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94%.
Angka ini mencatatkan penurunan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, di mana pertumbuhan ekonomi mencapai 5,73%. Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, memberikan informasi ini dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal III 2023 pada hari Senin (6/11/2023).
Namun, perlu dicatat bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga adalah sesuatu yang biasa terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.