Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menghadiri kunjungan kerja tiga hari ke Beijing, China. Dalam kunjungan ini, terjalin kesepakatan investasi antara pihak China dan Indonesia untuk proyek pabrik lithium di Morowali, Sulawesi Tengah.
Dalam kerja sama antara kedua negara, perusahaan China telah menyetujui investasi dalam proyek pabrik lithium di Indonesia.
Informasi ini diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto, saat Indonesia-China Business Forum (ICBF) di Beijing pada 16 Oktober 2023.
Untuk mencapai kesepakatan tersebut, kedua negara telah menandatangani sebanyak 11 dokumen penting. Nilai investasi itu mencapai US$12,6 miliar atau setara dengan Rp197,8 triliun, dengan kurs Rp15.1700 per US$.
Selain pabrik lithium, perusahaan China akan berinvestasi dalam proyek smelter berbasis High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan pabrik panel surya dan anoda baterai di Indonesia.
Proyek Pabrik Lithium di Morowali: Perkuat Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik Indonesia
Pabrik lithium akan berlokasi di kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Pembangunan pabrik tersebut akan memperkuat rangkaian hilirisasi nikel terintegrasi yang sudah berjalan di IMIP.
Saat ini telah berlangsung pembangunan pabrik lithium dengan kapasitas produksi 60 ribu ton lithium per tahun, terbagi menjadi Lithium Hydroxide sebesar 50.000 ton dan Lithium Carbonat sebanyak 10.000 ton di IMIP.
Lithium Hydroxide digunakan untuk jenis baterai NMC (Nickel, Mangan, Cobalt), sementara Lithium Carbonat digunakan untuk jenis baterai EV LFP (Lithium, Iron, Phosphate).
Indonesia berupaya meningkatkan hilirisasi industri komoditas seperti nikel, tembaga, timah, dan sumber daya mineral lainnya. Negara ini juga tengah membangun ekosistem kendaraan listrik terpadu untuk memperkuat rantai pasokan global. Semua ini dilakukan guna mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air.
Presiden Joko Widodo juga menekankan bahwa Indonesia adalah pilihan yang tepat bagi para investor, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil, surplus neraca perdagangan yang berlangsung selama 41 bulan, Purchasing Manager Index (PMI) di level ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, dan berbagai insentif investasi dari pemerintah. Stabilitas politik juga tetap terjaga di negara ini.
Selama kunjungan, Presiden Joko Widodo mengumumkan 21 investor yang telah berinvestasi dengan total nilai mencapai US$2 miliar atau setara dengan Rp31,4 triliun di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ibu Kota baru Indonesia itu akan menjadi kota netral karbon pertama di Indonesia dengan 60% wilayahnya berupa hutan.
Selain itu Presiden Joko Widodo menyoroti potensi besar Indonesia dalam energi baru terbarukan, termasuk tenaga surya dan sumber energi hidro. Potensi ini mencapai 3.600 GW, yang dapat menjadi sumber daya energi yang berkelanjutan.