KOMPAS.com – Para saksi mata penembakan massal Thailand menceritakan momen mengerikan ketika seorang mantan polisi menerobos masuk dan menyerang staf dan anak-anak di sebuah pusat penitipan anak.
Kepala guru di tempat penitipan anak itu, Nanticha Panchum, mengatakan bahwa setelah mengatur anak-anak untuk tidur siang, ia hendak membuat makan siang tatkala mendengar lima suara tembakan.
Dia berkata kepada BBC biasanya ada 92 anak-anak di pusat itu. Tetapi, karena bus bersama sedang mogok dan cuaca hujan, hanya ada 24 anak di lokasi pada saat serangan, Kamis (6/9/2022).
Nanticha menyebut hanya satu anak yang selamat.
“Ini sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan… Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya benar-benar tidak bisa memikirkan apa pun saat ini,” katanya.
Nanticha mengungkap salah satu guru lain mengenali si penyerang sebagai orang tua dari seorang anak di PAUD itu.
Anak pelaku sudah tidak bersekolah selama sebulan.
Nanticha mengatakan pria tersebut tidak pernah kelihatan tidak sehat.
Menurut dia, bapak itu selalu berlaku sopan ketika mengantar putranya dan kadang-kadang hampir terlalu banyak bicara.
Tetapi pada hari Kamis, Nanticha menceritakan seorang kolega berkata kepadanya bahwa mata pria itu juling dan ia tidak banyak bicara.
“Para guru berusaha mengunci pintu, tetapi pria itu mendobrak masuk dan pergi ke kamar tempat anak-anak tidur,” katanya.
Nanticha mengatakan kepada Kantor berita AFP bahwa beberapa anggota staf sedang makan di luar ketika si penyerang memarkir mobilnya dan menembak mati empat orang dari mereka.
“Ia kemudian mendobrak pintu dengan kakinya dan kemudian masuk ke dalam dan mulai menyerang anak-anak,” katanya.
Seorang guru PAUD yang kelimpungan menceritakan bagaimana ia mengunci pintu dan berusaha mencari pertolongan sebelum si pembunuh, bersenjatakan pistol dan pisau, menembak masuk dan menyerang anak-anak yang sedang tidur.
Badannya gemetaran ketika menceritakan kepada Thairath TV Thailand bagaimana ia mendengar suara “mirip dengan petasan” dan menyaksikan dua koleganya terbaring di lantai sebelum melihat si penyerang berjalan ke arahnya.
Ia mengatakan ia menyuruh rekan-rekan lain untuk masuk ke sebuah ruangan dan mengunci pintu sebelum memanjat keluar dari dinding untuk mencari pertolongan.
Guru itu menangis sambil mengatakan ia tidak berhasil mendapatkannya tepat waktu.
Anak-anak berusia paling muda dua tahun termasuk di antara korban serangan di PAUD yang terletak di Provinsi Nong Bua Lamphu.
Jumlah anak-anak di sekolah lebih sedikit dari biasanya ketika si penyerang tiba karena hujan lebat membuat banyak orang tidak berangkat, menurut pejabat distrik Jidapa Boonsom, yang bekerja di sebuah kantor di dekatnya.
“Penembak datang sekitar waktu makan siang dan mula-mula menembak empat atau lima petugas di pusat penitipan anak,” kata Jidapa kepada kantor berita Reuters.
Si penyerang kemudian mendobrak masuk ke ruang terkunci tempat anak-anak sedang tidur dan menyerang mereka, kata pejabat itu.
Awalnya mengira tembakan sebagai kembang api
Jidapa mengatakan, awalnya orang-orang mengira tembakan itu kembang api.
“Ini sungguh mengejutkan. Kami sangat takut dan berlari untuk bersembunyi begitu kami tahu itu penembakan. Begitu banyak anak yang terbunuh, saya belum pernah melihat yang seperti itu,” ucap dia.
Seorang guru yang berhasil melarikan diri menyebut pisau yang dibawa penyerang seperti pisau untuk memotong rumput. Bentuknya melengkung.
Paweena Purichan (31) mengatakan kepada kantor berita AFP, ia sedang mengendarai sepeda motor ke toko ketika bertemu dengan si penyerang yang mencoba menabrak pengemudi lain saat ia melarikan diri dari tempat kejadian menggunakan truk.
“Ia berniat menabrak orang lain di jalan,” katanya.
“Si penyerang menabrak sebuah sepeda motor dan dua orang terluka. Saya pun ngebut untuk menjauh darinya.
“Ada darah di mana-mana,” ungkap dia.
Polisi menyebut nama penyerang itu sebagai Panya Kamrab.
Pelaku penembakkan massal Thailand ini adalah seorang letnan kolonel polisi yang telah diberhentikan dari kepolisian karena menggunakan narkoba.
Mereka mengatakan pelaku tampak gelisah sebelum serangan itu dan melepaskan tembakan setelah tidak dapat menemukan anaknya di pusat itu, menurut media ThaiPBS.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Cerita #Guru #tentang #Detikdetik #Penembakan #Massal #Penitipan #Anak #Thailand #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli