FORT MEADE, KOMPAS.com – Pengadilan menjatuhkan hukuman 26 tahun pada seorang pria Pakistan yang mengaku bergabung dengan Al-Qaeda, dan telah lama ditahan di pusat penahanan Teluk Guantanamo.
Tetapi di bawah kesepakatan pembelaan, pria itu akan dibebaskan paling cepat tahun depan karena disebut telah bekerja sama dengan pihak berwenang AS.
Hukuman terhadap Majid Khan menjadi klimaks dari persidangan pertama oleh komisi militer AS, untuk salah satu dari 14 tersangka, yang disebut “tahanan bernilai tinggi”.
Mereka dikirim ke pangkalan angkatan laut AS di Kuba pada 2006, setelah ditahan di jaringan rahasia penahanan CIA di fasilitas luar negeri. Mereka juga menjadi sasaran program interogasi keras yang dikembangkan sebagai tanggapan atas serangan 9/11.
Khan adalah seorang warga negara Pakistan berusia 41 tahun, yang datang ke AS pada 1990-an, dan lulus dari sekolah menengah di dekat Baltimore.
Sebelumnya, dia mengaku bersalah atas tuduhan kejahatan perang, yang mencakup konspirasi dan pembunuhan, atas keterlibatannya dalam plot Al-Qaeda seperti pengeboman mematikan di Hotel JW Marriott Jakarta, Indonesia, pada Agustus 2003.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.
Daftarkan email
Dia meminta maaf atas tindakannya, termasuk merencanakan serangan Al-Qaeda di AS setelah 9/11, dan rencana yang gagal untuk membunuh mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf.
Selama pernyataan dua jam kepada juri pada Kamis (28/10/2021), dia berkata: “Saya melakukan semuanya, tanpa alasan. Dan saya sangat menyesal kepada semua orang yang telah saya sakiti.”
Juri yang terdiri dari delapan perwira militer dapat menjatuhi hukuman 25 hingga 40 tahun. Mereka mendengar tentang kerjasama ekstensif Khan dengan pihak berwenang AS menyusul pengakuan bersalahnya, dan mendengar pernyataan dari tahanan yang juga menggambarkan interogasi, dan penahanan brutal CIA dalam tiga tahun sebelum dia datang ke Guantanamo.
Selain hukuman, kepala juri mengatakan tujuh dari delapan juri telah menyusun surat kepada otoritas hukum Pentagon, yang merekomendasikan grasi bagi terdakwa, yang merupakan opsi di bawah sistem hukum komisi militer.
Menurut perjanjian pra-persidangan, dia bisa dibebaskan paling cepat Februari. Dia akan dipindahkan ke negara ketiga yang belum ditentukan, karena tidak bisa kembali ke Pakistan.
Juri tidak diberitahu tentang perjanjian praperadilan, yang mengharuskan pejabat hukum Pentagon untuk memotong hukumannya menjadi tidak lebih dari 11 tahun, karena kerja samanya.
Dia juga akan diberikan kredit untuk beberapa waktu yang telah dia habiskan dalam tahanan.
Keputusan kini terserah pemerintahan AS di bawah Joe Biden, untuk menutup pusat penahanan yang sekarang menampung 39 pria. Termasuk menemukan negara yang bersedia menerima Khan, sehingga dia bisa bermukim kembali bersama dengan istri dan putrinya, yang lahir setelah dia ditangkap di Pakistan.
Wells Dixon, pengacara Pusat Hak Konstitusional yang merupakan bagian dari tim pembela, berharap hukuman Khan akan selesai pada Februari.
Menurutnya, tim Khan berharap dapat bekerja dengan pemerintahan Biden untuk memastikan “dia memiliki dukungan yang diperlukan untuk melanjutkan hidupnya dan menjadi anggota masyarakat yang positif dan berkontribusi.”
“Sejak melakukan kejahatan ini, Majid adalah orang yang berbeda,” kata Mayor Angkatan Darat Michael Lyness, seorang pengacara pertahanan militer. “Majid Khan direformasi dan pantas mendapatkan belas kasihan Anda.”
Kolonel Angkatan Darat Walter Foster, jaksa utama, berusaha untuk meragukan kisah Khan yang disesatkan oleh kayakinan radikal dalam usia yang masih muda.
Dia mengakui tahanan itu telah mengalami “perlakuan yang sangat kasar” di tangan CIA, tetapi kembali mengingatkan pengadilan tentang 11 orang yang tewas dalam pemboman Marriott.
“Dia masih hidup dan bersama kita hari ini, sebuah kemewahan yang tidak dimiliki mereka yang mati dan menjadi korban Bom JW Marriott,” kata Foster melansir AP pada Jumat (29/10/2021).
Kerja sama Khan diharapkan dapat membantu kasus-kasus kejahatan perang lainnya di Guantanamo, yang melibatkan lima orang yang ditahan di sana. Mereka dituduh merencanakan dan membantu serangan 11 September 2001.
Kasus-kasus seperti itu sudah bertahun-tahun mandek di tahap praperadilan di pangkalan dan menjadi salah satu kendala penutupan masuknya detensi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Anggota #Komplotan #Teror #Bom #Hotel #Marriott #Jakarta #Divonis #Tahun #Guantanamo #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli