Pada tahun 2019, keberhasilan ekonomi Vietnam menarik perhatian dunia. Sebab, Vietnam berhasil menarik 23 perusahaan yang hengkang dari China akibat perang dagang China-Amerika Serikat. Sepuluh perusahaan lagi ke Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Sayangnya, tak ada satupun perusahaan yang ‘melirik’ Indonesia. Mengapa pada akhirnya Vietnam menarik bagi investasi asing?
Salah satu penyebab Vietnam menarik bagi investasi asing adalah karena kemudahan dalam berinvestasi. Di negara tersebut, hanya perlu dua bulan untuk merampungkan segala perizinan untuk membangun perusahaan.
Menurut data dari Badan Investasi Asing Vietnam, investasi asing langsung dalam lima bulan pertama tahun 2019 mencapai US$ 16,74 miliar, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Sektor yang mendominasi adalah manufaktur, pemrosesan, ritel, dan properti. Kecenderungan ini disebabkan adanya perang dagang China-Amerika Serikat.
BACA JUGA: Sokongan Investasi dari Investor Prioritas Bagi Sebuah Usaha
Sejak reformasi atau Doi Moi Vietnam pada tahun 1986, keberhasilan ekonomi Vietnam dalam ekonomi pasar Vietnam berorientasi sosialis tetapi tanpa pengawasan yang terlalu ketat. Berkat Doi Moi, swasta mendapat tempat dalam memajukan perekonomian nasional. Mereka diantaranya memperoleh izin mengelola lahan. Sebelumnya lahan dikelola secara bersama-sama.
Kemudian, pemerintah melakukan deregulasi yang membuka pintu lebar bagi investasi asing yang membuat Vietnam menarik bagi investasi asing. Berdasarkan data resmi laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tahun 2008-2018 termasuk yang tercepat. Berada pada 5,03 pada 2012, mencapai 6,81 pada tahun 2017 serta 7,1 pada tahun 2018. Sejak tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Vietnam tak pernah di bawah 5%.
Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phu, pernah menyebutkan bahwa keberhasilan ekonomi Vietnam dalam menumbuhkan ekonomi yang tinggi selaras dengan cita-cita serta harapan pemerintah Vietnam, agar mampu menyerap tenaga kerja, mengurangi angka kemiskinan atau meningkatkan pendapatan penduduk.
Dirinya juga menambahkan sebanyak 2,3 juta orang telah terangkat dari garis kemiskinan Vietnam. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif baru bagi dunia usaha yakni pajak pendapatan perusahaan dikurangi menjadi 15-17% dari sebelumnya 20-22%.
Walaupun Vietnam menarik bagi investasi asing dan keberadaan investasi asing ada di negara tersebut, mereka tidak kehilangan nasionalismenya dan menjadi lemah, tidak sama sekali. Mungkin pemerintahan dewasa di Vietnam bersikap pragmatis. Mereka mencoba untuk bisa bersikap memilah antara kepentingan politik dengan ekonomi demi kepentingan rakyat. Vietnam mengarahkan nasionalismenya untuk mensejahterakan rakyat.
Begitu juga dengan Amerika Serikat. Walaupun telah menjadi negara adidaya dengan volume ekonomi terbesar di dunia, namun kenyataannya negara ini masih membutuhkan investasi untuk lebih makmur. Negeri Paman Sam tersebut mendapatkan investasi sebesar $318 miliar dan negara tersebut semakin menguat. Buktinya adalah, berjuta-juta imigran memilih untuk mengadu nasib di Amerika Serikat.
Jika pada akhirnya negara lain telah membuktikan bahwa mereka bisa selamat dari jurang ekonomi dengan menghadirkan investasi dengan maksimal, mengapa Indonesia masih minim? Mengapa ‘merah-putih’ seakan berjalan di tempat perkara investasi? Apakah ini karena Indonesia masih belum siap dengan kedatangan investasi asing? Atau ini hanya perkara sentimen semata yang pada akhirnya menghambat perekonomian negara? Atau jangan-jangan Anda sendiri punya jawabannya?