GAZA, KOMPAS.com – Setelah Hamas meluncurkan serangan terhadap Israel, pemimpin Iran memuji apa ia sebut sebagai “gempa bumi menghancurkan” bagi Israel dan menambahkan: “Kami mencium tangan mereka yang merencanakan serangan itu.”
Meski begitu, Ayatollah Ali Khamenei juga segera membantah bahwa Iran terlibat dalam serangan yang mengakibatkan 1.200 orang tewas dan lebih dari 240 orang disandera.
Usai serangan Hamas, Israel membalas dengan serangan udara dan operasi darat di Gaza, yang menewaskan lebih dari 11.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.
Meskipun keterlibatannya dalam serangan telah dibantah Iran, mengapa negara itu secara konsisten dikaitkan dengan Hamas di media sosial dan kantor berita arus utama usai serangan itu?
Mungkin alasan logis yang langsung mengemuka adalah dukungan Iran yang tak tergoyahkan terhadap apa yang disebut sebagai Poros Perlawanan.
Poros perlawanan merupakan aliansi kelompok-kelompok yang menentang Israel dan pengaruh AS di Timur Tengah. Poros itu mencakup Hamas, Hezbollah di Lebanon, milisi di Irak, dan pemberontak Houthi di Yaman.
Iran, yang menghadapi sanksi dunia internasional karena ambisi nuklirnya dan pelanggaran hak asasi manusia, sedang menangani sejumlah tantangan ekonomi dan politik.
Sebagai upaya melindungi kepentingannya sendiri, Iran dituduh menggunakan sekutu dan rekannya untuk melawan musuh-musuh di wilayahnya.
Hezbollah dan Hamas pun mendapatkan manfaat dari dukungan Iran dalam mempelopori gerakan melawan Israel.
Bagaimana sejarah antara Iran dan Israel?
Israel dan Iran tidak selalu menjadi musuh bebuyutan. Bahkan, sebelum revolusi 1979 dan berdirinya republik, Iran–sebuah negara non-Arab–pernah berperan sebagai sekutu strategis Israel.
Tetapi keadaan itu berubah ketika revolusi menempatkan Ayatollah Ruhollah Khomeini di takhta kekuasaan. Ia mengubah Iran menjadi negara teokratis dengan retorika anti-Israel.
Perjuangan demi Palestina dengan cepat menjadi bagian kunci dalam narasinya. Misi itu menjadi sangat populer, termasuk di dalam komunitas intelektual dan sayap kiri.
Hanya enam hari setelah revolusi, Yasser Arafat, pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat itu, menjadi pejabat luar negeri pertama yang bertemu Ayatollah Khomeini dan pemerintah sementara di Teheran.
Beberapa jam setelah pertemuan Arafat dengan kabinet baru, Iran memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
Namun, keputusan Iran untuk berpihak pada Palestina tidak sesederhana itu.
Meskipun hubungan Iran dengan Palestina semakin dekat, tak lama kemudian Iran menerima dukungan militer dari Israel.
Selama awal perang Iran-Irak, yang berlangsung dari 1980 hingga 1988, Israel secara tidak resmi menawarkan berbagai bentuk bantuan militer kepada Iran melalui perantara.
Aliansi tersebut tak terduga, namun bagi Israel, selama perang itu masih sedang berlangsung, Iran dan Irak menjadi sibuk dengan satu sama lain.
Namun, momen itu merupakan pengecualian dalam hubungan Iran dan Israel yang dipenuhi agresi, ancaman, dan tudingan bebalas yang tidak ada akhir.
Selama 1980-an dan 1990-an, Israel dan AS sama-sama menuduh Iran terlibat dalam serangkaian peluncuran bom mematikan, yang dibantah Iran.
Iran mengeklaim Israel berada di balik pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir Iran dan kedua negara terus saling menyalahkan atas serangan siber yang berlangsung.
Apa hubungan antara Iran dengan Hamas?
Kelompok militan Palestina sekaligus partai politik Hamas dibentuk pada 1987 dan sudah menguasai Jalur Gaza sejak 2007. Dari Gaza, Hamas sering meluncurkan roket yang ditujukan ke kota-kota Israel.
AS, Inggris, dan negara-negara lainnya telah mempertahankan kebijakan isolasi terhadapnya, dengan menyebutnya organisasi teroris.
Sepanjang 1990-an hingga 2000-an, Iran memiliki peran penting dalam mendukung Hamas, yang lebih didorong oleh keberadaan musuh bersama daripada kesamaan ideologi agama atau politik.
Sebab, Hamas dan rezim Iran menganut kepercayaan Islam yang berbeda.
Namun, hubungan mereka menjadi renggang pada 2012 ketika Hamas menolak untuk mendukung sekutu Iran, Presiden Suriah Bashar Al Assad, di tengah perang saudara negaranya.
Sebagai tanggapan, Iran berhenti mengirim bantuan finansial kepada Hamas dan mengurangi dukungannya terhadap kegiatan militer kelompok itu.
Pada 2015, perpecahan semakin terlihat ketika terjadi pemulihan hubungan Hamas dengan Arab Saudi, musuh lama Iran.
Iran telah mendukung kelompok pemberontak Houthi dalam perang saudara Yaman, mengadu domba mereka dengan Arab Saudi yang mendukung pasukan pemerintah di sana.
Putusnya hubungan Iran dan Hamas dan penarikan bantuan finansial berarti kelompok Palestina kehilangan sumber keuangan utama, yang diandalkan warga Gaza.
Tanpa bantuan keuangan, warga sipil menghadapi kesulitan yang cukup besar.
Namun, sejak 2017, dengan beberapa negara Arab menjalin hubungan lebih dekat dengan Israel, ada perbaikan hubungan antara Iran dan Hamas dengan kedua pihak berupaya untuk membangun kembali aliansi.
Sementara, AS yang mendukung Israel–meskipun tidak memiliki bukti adanya hubungan langsung–percaya bahwa Iran terlibat dalam serangan 7 Oktober dengan mendanai sayap militer Hamas selama bertahun-tahun.
Apa peran Hezbollah dalam konflik Israel-Hamas?
Hezbollah, sebuah kelompok paramiliter berbasis di Lebanon di perbatasan utara Israel, juga merupakan kelompok militer signifikan lain dalam “Poros Perlawanan”.
Iran memainkan peran kunci dalam pembentukannya, dan sama seperti Hamas, Hezbollah juga dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, Inggris, dan negara-negara lainnya.
Selama empat dekade terakhir, dukungan kuat dari Iran terhadap kelompok tersebut tak berubah, dengan pemimpin kelompok, Hassan Nasrallah, secara terbuka menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin tertinggi Iran.
Tetapi, Hezbollah adalah kelompok yang jauh lebih canggih dan kuat daripada Hamas, dan terlibat dalam berbagai manuver politik di Timur Tengah.
Unit milisi kelompok ini adalah salah satu pihak non-pemerintah Lebanon yang paling kuat saat ini dan dikatakan lebih terlatih dan lebih dipersenjatai daripada beberapa tentara biasa di wilayah tersebut.
Selama perang signifikan terakhir mereka dengan Israel pada 2006, senjata dan disiplin militer mereka membuat terkejut banyak pihak.
Diketahui bahwa baku tembak antara Hezbollah dan Israel telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Apakah Iran akan terlibat dalam pertikaian Israel-Hamas?
Dalam percakapan antara Menteri Luar Negeri Inggris dan Iran pada awal November, James Cleverly menekan Hossein Amir-Abdollahian agar Iran menggunakan pengaruhnya untuk mencegah eskalasi konflik.
Seminggu setelah serangan 7 Oktober, di tengah kecaman internasional yang meluas terhadap tindakan Hamas, Hossein Amir-Abdollahian bertemu dengan Ismail Haniyeh, pemimpin de facto Hamas, di Qatar.
Hossein mengambil kesempatan itu untuk memperingatkan Israel bahwa jika pengeboman Gaza berlanjut, kemungkinan akan ada dampak tak terduga di wilayah tersebut.
Peringatan ini digaungkan oleh Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, yang mengatakan: “Pasukan perlawanan akan kehilangan kesabaran mereka. Tak akan ada yang bisa menghentikan mereka jika itu terjadi. “
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Alasan #Kenapa #Iran #Dibawabawa #dalam #Perang #IsraelHamas #Halaman
Klik disini untuk lihat artikel asli